Perang Salib - AKSI PINTAR

Wednesday, June 20, 2018

Perang Salib


Sebab Terjadinya Perang Salib
Perang Salib (1096-1291) terjadi sebagai reaksi dunia Kristen di Eropa terhadap dunia Islam di Asia, yang sejak 632 M dianggap sebagai pihak “penyerang”, bukan saja di Syria dan Asia kecil, tetapi juga di Spanyol dan Sisilia. Disebut Perang Salib, karena ekspedisi milite Kristen mempergunakan salib sebagai symbol pemersatu untuk menunjukkan bahwa peperangan yang mereka lakukan adalah perang sucidan bertujuan untuk membebaskan kota suci Baitul Makdis (yerussalem) dari tangan orang Islam.
Penyebab langsung terjadinya perang salib adalah permintaan Kaisar Alexius Conneus pada tahun 1095 kepada Paus Urbanus II. Kaisar dari Bizantium meminta bantuan kepada Romawi karena daerah-daerah yang tersebar sampai ke pesisir Laut Marmora “dibinasakan” oleh Bani Saljuk. Bahkan kota Konstantinopel diancamnya pula. Adanya permintaan ini, Paus melihat kemungkinan untuk mempersatukan kembali (Gereja Yunani dengan Romawi yang telah terpecah tahun 1009-1054).
Isi pidato yang menyulut perang salib pada 26 November 1095 Paus Urbanud menyampaikan pidatonya di Clermont bagian Tenggara Prancis dan memerintahkan orang-orang Kristen  agar “memasuki lingkungan makam suci, merebutnya dari orang-orang jahat dan menyerahkannya kembali kepada mereka.” Mungkin inilah pidato yang paling berpengaruh yang pernah disampaikan oleh Paus sepanjang catatan sejarah. Orang-orang yang hadir disana meneriakkan slogan Deus Vult (Tuhan menghendaki) sambil mengacung-acungkan tangan. Pada musim semi 1097, 150.000 manusia sebagian besar orang Franca, Norman,dan sebagian lagi rakyat biasa menyambut seruan untuk berkumpul di Konstantinopel. Pada saat itulah gendering perang salib disebut begitu karena salib dijadikan lencana pertama ditabuh.[1]
Penyebab lain dari perang salib ada beberapa factor:
1.     Faktor Agama
Direbutnya Baitul Makdis (471 H) oleh Dinasti Saljuk dari kekuasaan Fatimiyah yang berkeduduan di Mesir menyebabkan kaum Kristen merasa tidak bebas dalam menunaikan ibadah ditempat sucinya. Ketika idealisme keagamaan mulai menguap, para pemimpin politik Kristen tetap saja masih berfikir keuntungan yang dapat diambil dari konsepsi mengenai perang salib, dan untuk memperoleh kembali kekuasaannya berziarah ketanah suci Yerussalem. Pada tahun 1095 M, Paus Urbanua II berseru kepada umat kristiani di Eropa supaya melakukan perang suci. Seruan Paus Urbanus II berhasil memikat banyak orang-orang Kristen karena dia menjanjikan sekaligus menjamin, barang siapa yang melibatkan diri dalam perang suci tersebut akan terbebas dari hukuman dosa.
2.     Factor Politik
Bizantium (Konstantinopel/Istambul) di Manzikart pada tahun 1071 M,dan jatuhnya Asia kecil dibawah kekuasaan Saljuk telah mendorong Kaisar Alexius I Comneus (Kaisar Konstantinopel) untuk meminta bantuan Paus Urbanus II, dalam usahanya untuk mengembalikan keuasaannya di daerah-daerah penduduk Dinasti Saljuk. Dilain pihak perang salib merupakan puncak sejumlah konflik antara Negara-negara Barat dan Negara Timur, maksudnya antara umat Islam dan umat Kristen.[2]
Dengan perkembangan dan kemajuan yang pesat menimbulkan kecemasan pada tokoh-tooh Barat, sehingga mereka melancarkan serangan terhadap umat Islam.Situasi yang demikian mendorong penguasa-penguasa Kristen di Eropa untuk merebut satu persatu daerah-daerah kekuasaan Islam, seperti Mesir, Yerussalem, Damaskus, Edesska, dan lain-lain.
3.     Factor sosial-ekonomi
Semenjak abad ke X, kaum muslimin telah menguasai jalur perdagangan di Laut Tengah, dan para pedagang Eropa yang mayoritas Kristen merasa terganggu atas kehadiran pasukan muslimin, sehingga mereka mempunyai rencana untuk mendesak kekuatan kaum muslimin dari laut itu. Hal ini didukung dengan adanya ambisi yang luar biasa dari para pedagang-pedagang besar yang berada di pantai Timur Laut Tengah (Venezia,Genoa dan Piza)  untuk menguasai sejumlah kota-kota dagang  disepanjang Pantai Timur dan Selatan Laut Tengah, sehingga dapat memperluas jaringan dagang mereka, untuk itu mereka rela menanggung sebagian dana perang salib dengan maksud menjadikan kawasan itu sebagai pusat perdagangan, karena jalur Eropa akan bersambung dengan rute-rute perdagangan di Timur melalui jalur strategis.
         
Disamping itu, stratifikasi sosial masyarakat Eropa ketika itu terdiri dari tiga kelompok , yaitu :
Ø Kelompok agamawan
Ø Kelompok Ahli Perang
Ø Kelompok petani dan hamba sahaya
Dua kelompok pertama merupakan kelompok mayoritas yang secara keseluruhan merupakan institusi yang berkuasa dipandang dari segi sosial-politik yang aristokratis. Sedangkan kelompk ketiga merupakan mayoritas yang dikuasai oleh kelompok pertama dan kedua, yang harus bekerja keras terutama untuk memenuhi kebutuhan kedua kelompok tersebut. Karena itu, kelompok ketiga ini secara spontan menyambut baik propaganda perang salib. Bagi mereka, kalaupun harus mati, lebih baik mati suci daripada mati kelaparan dan hina, mati sebagai hamba. Kalau bernasib baik, selamat sampai Bait al-Makdis, mereka mempunyai harapan baru “Hidup yang lebih baik daripada di negri sendiri. Kedua, system masyarakat feudal, selain mengakibatkan timbulnya golongan tertindas, juga menimbulkan konflik sosial yang merujuk kepada kepentingan status sosial dan ekonomi,seperti berikut :
1. Sebagian bangsawan Eropa bercita-cita, dalam kesempatan perang salib ini,nmendapat tanah baru di Timur. Hal ini menarik mereka karena tanah-tanah di Timur subur, udaranya tidaak dingin dan harapan mereka bahwa tanah itu aman disbanding dengan di Eropa yang sering terlibat peperangan satu sama lain. Dalam proses perang salib nanti akan Nampak bahwa dorongan ini merupakan factor terlemah tentara salibkarena timbul persaingan bahkan konflik.
2. Undang-undang masyarakat feodal mengenai warisan menyebabkan sebagian generasi muda menjadi miskin karena hak waris hanya dimiliki oleh anak sulung. Dengan mengembara ke Timur, melalui perang salib, anak-anak muda ini berharap akan memiliki tanah dan memperoleh kekayaan.
3. permusuhan yang tak kunjung padam antara pembesar-pembesar feodal telah melahirkan pahlawan yang kerjanya hanya berperang. Kepahlawanan dalam berperang adalah kesukaan mereka. Ketika propaganda perang salib di lancarkan, mereka bangkit hendak menunjukkan kepahlawanannya. Kepahlawanan mereka selama ini disalurkan melalui olahraga sehingga mereka kurang memperoleh kepuasan.
4. Besarnya kekuatan Paus pada abad pertengahan, yang nampak dari ketidakberdayaan raja untuk menolak Paus. Karena raja menolak, ia dikucilkan oleh gereja yang mengakibatkan turunnya wibawa raja dimata rakyat. Hal ini terbukti ketika raja Frederick II terpaksa turut berperang dengan membawa tentara yang sedikit, dan membelok ke Syam ketika ia seharusnya memberikan bantuan ke Mesir(Dimyat). Ia tidak bersemangat untuk berperang. Ia menghubungi Sultan al-Malik al-Kamil untuk menerangkan posisinya bahwa ia tak membawa misis suci (dorongan gereja). Karena itu, ia memintanya untuk menjaga rahasianya(menipu Paus) agar tidak diketahui orang Jerman.[3]

Perang salib bagi orang Kristen juga merupakan jaminan untuk masuk surga sebab mati dalam perang salib menurut mereka adalah mati sebagai pahlawan agama dan langsung masuk surga walaupun mempunyai dosa-dosa pada masa lalunya.[4]  

B.Perioksasi Perang Salib
Para sejarawan saling berbeda pendapat dalam menetapkan periodesasi perang salib :
Philip K Hitti menyederhanakan periodesasi perang salib dalam tiga periode :
1. periode pertama masa penakhlukan (1009-1144)
Jalinan kerja sama Kaisar Alexius I dan Paus Urbanus II berhasil membangkitkan semangat umat Kristen, terutama akibat pidati Paus Urbanus II di Clermont (Perancis Selatan), 26 November 1095. Pidato tersebut membuat orang-orang Kristen mendapat suntikan untuk mengunjungi kuburan suci.hasan Ibrahim Hassan dalam buku Tarikh Al-Islam(Sejarah Kebudayaan Islam) menggambarkan gerakan ini sebagai gerombolan rakyat jelata yang tidak memiliki pengalaman perang, tidak disiplin, dan tanpa persiapan. Gerakan ini dipimpin oleh Pierre I’ermite. Sepanjang jalan menuju Konstantinopel  mereka membuat keonaran, melakukan perampokan, dan bahkan terjadi bentrokan dengan penduduk Hongaria dan Bizantium. Akhirnya dengan mudah, pasukan salib ini dapat dikalahkan oleh pasukan Dinasti Saljuk.
Pasukan salib berikutnya dipimpin oleh Godfrey of Bouillon. Gerakan ini lebih merupakan militer yang terorganisasi rapi. Mereka berhasil menduduki kota suci Palestina (Yerusalem) pada 7 juli 1099. Pasukan Godfrey ini malakukan pembantaian besar-besaran terhadap umat Islam tanpa membedakan laki-laki dan wanita, anak-anak dan dewasa,serta tua dan muda. Mereka juga membumihanguskan  bangunan-bangunan milik umat islam.
Sebelum menduduki Baitul Makdis, pasukan ini terlebih dahulu merebut Anatalia Selatan, Tarsus, Antiolia, Allepo, dan Ar-Ruba’ (Edessa), juga merebut Tripolli,Syam(Suriah) dan Arce.
Kemenangan pasukan salib pada periode ini telah mengubah peta dunia islam dan berdirinya kerajaan-kerajaan latin-kristen di Timur,seperti kerajaan Baitul Makdis (1099) dibawah pemerintahan Raja Godfrey, Edessa(1099) dbawah Raja Boldwin, dan Tripolli (1099) dibawah kekuasaan Raja Reymond.
 2.periode kedua,masa reaksi timbulnya umat Islam(1144-1192)
Jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan Islam ke tangan kaum salib membangkitkan kaum muslimin menghimpun kekuatan untuk menghadapi mereka. Dibawah komando Imaduddin Zangi gubernur Mosul, kaum muslimin bergerak maju membendung serangan pasukan salib. Bahkan mereka berhasil merebut kembali Alepa dan Edessa (1144).
Setalah Imaduddin Zangi wafat tahun 1146, posisinya digantikan oleh putranya, Nuruddin Zangi. Ia meneruskan cita-cita ayahnya yang ingin membebaskan Negara-negara Islam di Timur dari cengkeraman kaum salib. Kota-kota yang berhasil di bebaskan antara lain Damaskus (1147),Antiolia (1149) dan Mesir (1169).
Kemenangan kaum muslimin ini, terutama setelah munculnya Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (Saladin) di Mesir yang berhasil membebaskan Baitul Makdis pada 2 oktober 1187. Keberhasilan umat islam ini telah membangkitkan kaum salib untuk mengirim ekspedisi militer yang lebih kuat. Ekspedisi ini dipimpin oleh raja-raja besar Eropa, seperti Frederick I (Barbarosa kaisar Jerman), Ricard I ( the lion Hearted, Raja Inggris), dan Philip II (Augustus, Raja Perancis).
Ekspedisi salib ini dibagi beberapa divisi, sebagian menempuh jalan darat dan sebagian lagi menempuh jalur laut. Frederick yang memimpin divisi darat tawas ketika menyeberangi sungai Armenia, dekatnkota Ruba’(Edessa). Sebagian tentaranya kembali, kecuali beberapa orang yang terus melanjutkan perjalanannya dibawah pimpinan putra Frederick.
Dua divisi lainnya yang lewat jalur laut bertemu di Sisilia. Mereka berada si Sisilia hingga musim dingn berlalu. Karena terjadi kesalahpahaman akhirnya mereka meninggalkan Sisilia secara terpisah. Ricard menuju Ciprus dan mendudukinya, kemudian melanjutkan perjalanan ke Suriah(Syam), sedangkan Philip langsung ke Arce, dan pasukannya berhadapan dengan pasukan saladin. Sehingga terjadi pertempuran sengit. Namun akhirnya asukan saladin memilih mundur dan mengambillngkah untuk mempertahankan Mesir.
Dalam keadaan demikian, pihak Richard dan pihak Saladin sepakat untuk melakukan gencatan senjata dan membuat perjanjian. Inti perjanjian damai itu adalah daerah pedalaman akan menjadi milikkaum mislimin dan umat Kristen yang akan berziarah ke Baitul Makdis akan terjamin keaamanannya.[5]

 Adapun daerah pesisir utara, Arced an Jaita berada dibawah kekuasaa tentara salib.
3.periode ketiga, masa perang saudara kecil-kecilan yang berakhir sampai 1291 M
Hal ini disebabkan oleh ambisi politik untuk memperoleh kekuasaan dan sesuatu yang bersifat materialistic daripada motivasi agama. Dalam periode ini, muncul pahlawan wanita dari kalangan kaum muslimin yang terkenal gagah berani, yaitu Syajar Ad-Durr. Ia berhasil menghancurkan pasukan Raja Louis IX dari Perancis sekaligus menangkap raja tersebut. Bukan hanya itu, pahlawan wanita yang gagah berani ini telah mampu menunjukkan kebesaran Islam dengan membebaskan dan mengizinkan Raja Louis IX kembali kenegaranya Perancis.[6]

C. Akibat Perang Salib
Perang salib menimbulkan beberapa akibat penting dalam sejarah dunia. Perang salib membawa Eropa kedalam kontak langsung dengan dunia mislim dan terjalinnya hubungan antara Timur dan Barat. Kontak ini menimbulkan saling tukar pikiran antara dua belah pihak. Pengetahuan orang Timur yang progresif dan maju memberi daya dorong besar bagi pertumbuhan intelektual Eropa Barat. Hal ini melahirkan suatu bagian penting dalammenumbuhkan Renaisans di Eropa.
Keuntungan perang salib bagi Eropa adalah menambah lapangan perdagangan, mempelajari kesenian, dan penemuan penting, seperti kompas pelaut, kincir angin, dan sebagainya dari pada orang Islam. Mereka juga dapat mengetahui cara bertani yang maju dan memepelajari kehidupan industri Timuryang lebih berkembang ketika kembali ke Eropa. Mereka mendirikan sebuah pasar khusus untuk barang-barangTimur. Orang Barat mulai menyadari kebutuhan akan barang-barang Timur, dank arena keperntingan ini perdagangan antara Timur dan Barat menjadi lebih berkembanag.
Kegiatan perdagangan tersebut lebih mengarah pada perkembangan kegiatan maritime di Laut Tengah. Orang-orang Islam yang pernah menguasai Laut Tengah kehilangan kekuasaan, sementara orang Eropa bebas menggunakan jalur Laut melalui Laut Tengah tersebut.[7]



[1]Supriyadi, Dedi,M.Ag. Sejarah Peradaban Islam. Hal. 171
[2] Diunduh dari Sanrawijayabsa.blogspot.com 2014/09/26/  18.04
[3] Diunduh dari Sanrawijayabsa.Blogspot.Com 2014/09/26 18.35
[4] A.Syalabi.Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: PT Alhusna Zikra
[5] Mahud, Yunus. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta:PT Hidakarya Agung
[6] Mahmud, Yunus. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta:PT Hidakarya Agung
[7]Supriyadi, Dedi. M.Ag. Sejarah Peradaban Islam. Hal.175
 PengantarProf. Dr.H.I. Nurul Aen.MA

No comments:

Post a Comment