Sejarah Abu Bakar As-Siddiq - AKSI PINTAR

Friday, June 15, 2018

Sejarah Abu Bakar As-Siddiq



            Abu Bakar lahir setelah tahun gajah, maka beliau lebih muda dari Rasulullah karena Rasul dilahirkan di tahun gajah. Tetapi para ulama bersilang pendapat tentang mengenai jarak waktu antara tahun gajah dengan waktu kelahiran beliau. Diantara para ulama berpendapat bahwa beliau dilahirkan 3 tahun selepas tahun gajah, ada yang berpendapat 2 tahun 6 bulan, ada yang berpendapat 2 tahun beberapa bulan tanpa menetapkan jumlah bulannya. Adapun gelar Abu Bakar adalah kerena beliau adalah orang laki-laki pertama yang memeluk Islam, yang kemudian mendapatkan gelas Ash-Siddiq (yang berkata benar) karena beliau adalah orang selalu menyakini dan membenarkan setiap yang disampaikan Rasul. Terutama setelah Abu Bakar menjadi orang pertama yang melangsungkan membenarkan Isra’ dan Mi’raj, sehingga jadilah nama beliau sebagaimana yang kita kenal “Abu Bakar Ash Siddiq”.
            Abu (Bapak) dan Bakar (Pagi). Pengorbanan Abu Bakar terhadap Islam tidak dapat diragukan. Ia juga pernah ditunjuk Rasul sebagai penggantinya untuk mengimani shalat ketika Nabi sakit. Nabi Muhammad pun meninggal dunia setelah peristiwa tersebut.[1] Tercatat dalam sejarah dia pernah membela Nabi Tatkala Nabi disakiti oleh suku Quraish, menemani Rasul Hijrah, membantu kaum yang lemah dan memperdekakannya, seperti yang dilakukannya terhadap Bilal, setia dalam setiap peperangan dan lain-lainnya.[2]
            Abu Bakar adalah sahabat Rasulullah SAW. Pada suatu hari, dia hendak menemui Rasulullah SAW, ketikan ketemu dengan Rasulullah SAW, dia berkata “Wahai Abdul Qosim (panggilan Nabi), ada apa denganmu, sehingga engkau telah berkata di majlis kaummu dan orang-orang menuduh bahwa engkau telah berkata buruk tentang nenek moyangmu dan lain lain lagi..? Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah SWT dan aku mengajak kamu kepada Allah SWT, setelah selesai Rasulullah berbicara, Abu Bakar pun langsung masuk Islam. Melihat keislamannya itu beliau gembira sekali, tidak ada seorangpun yang ada diantara kedua gunung di Mekkah yang merasa gembira melebihi kegembiraan beliau. Kemudian Abu Bakar menemui Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Saad bin abi Waqas, mengajak mereka untuk masuk Islam. Lalu merekapun masuk Islam. Hari berikutnya Abu Bakar menemui Utsman bin Mazhum, Abu Ubaidah bin Jarrah, Abdurarahman bin Auf, Abu Salamah bin Abdul Saad, dan Arqam bin Abil Arqam, juga mengajak mereka untuk masuk Islam, dan mereka semua juga masuk Islam.
            Sedangkan Istrinya Qutailah binti Abd-al_Uzza tidak menerima Islam sebagai agama sehingga Abu Bakar menceraikannya. Istrinya yang lain, Ummu Ruman, menjadi Muslimah. Sehingga ia dan Abd Rahman berpisah. Masuknya Abu Bakar berpengaruh besar dalam Islam. Teman-teman dekatnya diajak untuk masuk Islam. Mereka yang masuk Islam karena diajak oleh Abu Bakar adalah :
1.      Utsman bin Affan (yang akan menjadi Khalifah ketiga)
2.      Al-Zubayr
3.      Talhah
4.      Abdur Rahman bin Awf
5.      Sa’d ibn Abi Waqqas
6.      Umar ibn Masoan
7.      Abu Udaidah ibn al-Jarrah
8.      Abdullah bin Abdul Asad
9.      Abu Salma
10.  Khalid bin Sa’id
11.  Abu Hudhaifah bin al- Mughirah
           
            Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan membelikanya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan.[3]
1.      Nama Abu Bakar Ash-Siddiq
            Abu Bakar adalah orang pertama kali (lelaki) masuk Islam Walaupun khadjah lebih terdahulu masuk Islam dari padanya, adapun dari golongan anak-anak, Ali yang pertama kali memuluk Islam, sementara Zaid bin Haritsah adalah yang pertama kali masuk Islam di golongan budak.
            Ternyata keislam Abu Bakar paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum muslimin dibandingkan dengan keislaman selainnya, kerena kedudukan yang tinggi dan semangat serta kedakwahannya yang sungguh-sungguh.
2.      Karakteristik Abu Bakar
            Abu Bakar adalah seorang yang bertubuh kurus, berkulit putih Aisyah menerangkan karakter bapaknya,”Beliau berkulit putih, kurus, tipis pipihnya, kecil pinggang (sehingga kainnya selalu turun dari pinggangnya), wajah selalu berkeringat, hitam matanya, berkening lebar, tidak bisa bersaja, dan selalui mewarnai jenggoknya dengan memakai hinai maupun katam.
            Adupun Akhlaknya beliau terkenal dengan kebaikannya, keberanian, kokoh pendirian, mempunyai ide-ide cermelang, dan toleransi.

3.      Keluarga Abu Bakar

1.      Abu Bakar pernah menikahi Qutailah binti Abd al-Uzza bin Abd bin As’ad pada masa Jahiliyyah dan mempunyai nama Abdullah dan Asma
2.      Abu Bakar pernah menikahi Ummu Ruman binti Amir bin Umam bin Zuhal bin Dahma dari Kinanah dan mempunyai anak Abdulrahma dan ‘Aisyah
3.      Abu Bakar pernah menikahi Asma’ binti Umais bin Ma’add Taim al-Khats’amiyyah dan sebelumnya Asma’ diperistri ja’far bin Abin Thalib.dan mempunyai anak Muhammad bin Abu bakar.
4.      Abu Bakar pernah menikahi Habibah binti Kharizah bin Zaid bin Abi Zuhair dari Bani al-Haris bin al-Khazraj dan mempunyai anak Ummu Kaltsum setelah wafatnya Rasulullah SAW.[4]

            Berita wafatnya Nabi Muhammad SAW, bagi para sahabat dan kaum Muslimin adalah seperti petir di siang belong karena sangat cinta mereka kepada beliau. Apalagi bagi para sahabat yang biasa hidup bersama di bawah asuhan beliau . Mereka paling diperlihatkan adalah beliau, sehingga ada orang tidak percaya akan kabar wafatnya beliau.
            Di antaranya adalah sahabat Umar bin Khattab yang dengan tegas membantah setiap orang yang membawa kabar wafatnya beliau, bahkan Umar bin Khattab mengancam akan membunuh barang siapa yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW wafat.
            Di saat keadaan gempar yang luar biasa ini datanglah sahabat Abu Bakar untuk menenangkan kegaduhan itu, ia berkata di hadapan orang banyak; "Wahai manusia, siapa yang menyembah Muhammad, maka Muhammad sudah wafat, dan barang siapa menyembah Allah, Allah hidup tidak akan mati selamanya".
            Setelah kaum Muslimin dan para sahabat menyadari tentang wafatnya Rasulullah SAW, maka Abu Bakar dikagetkan lagi dengan adanya perselisihan faham antara kaum Muhajirin dan Anshar tentang siapa yang akan menggantikan Nabi sebagai khalifah kaum Muslimin. Pihak Muhajirin menghendaki dari golongan Muhajirin dan pihak Anshar menghendaki pihak yang memimpin. Situasi yang memanas inipun dapat diatasi oleh Abu Bakar, dengan cara Abu Bakar menyodorkan dua orang calon khalifah untuk memilihnya yaitu Umar bin Khattab atau Abu Ubaidah bin Jarrah. Namun keduanya justru menjabat tangan Abu Bakar dan mengucapkan baiat memilih Abu Bakar.
            Setelah Rasulullah SAW wafat pada 632 M, Abu Bakar terpilih sebagai khalifah pertama pengganti Rasulullah SAW dalam memimpin negara dan umat Islam. Waktu itu daerah kekuasaan hampir mencakup seluruh Semenanjung Arabia yang terdiri atas berbagai suku Arab.
Ada beberapa faktor yang mendasari terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah, yaitu:
1.      Menurut pendapat umum yang ada pada zaman itu, seorang khalifah (pemimpin) haruslah berasal dari suku Quraisy; pendapat ini didasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi "al-aimmah min Quraisy" (kepemimpinan itu di tangan orang Quraisy).
2.      Sahabat sependapat tentang ketokohan pribadi Abu Bakar sebagai khalifah karena beberapa keutamaan yang dimilikinya, antara ia adalah laki-laki dewasa pertama yang memeluk Islam, ia satu-satunya sahabat yang menemani Nabi SAW pada saat hijrah dari Makkah ke Madinah dan ketika bersembunyi di Gua Tsur, ia yang ditunjuk oleh Rasulullah SAW untuk mengimami shalat pada saat beliau sedang uzur, dan ia keturunan bangsawan, cerdas, dan berakhlak mulia.
3.      Beliau sangat dekat dengan Rasulullah SAW, baik dalam bidang agama maupun kekeluargaan.[5] Beliau seorang dermawan yang mendermakan hartanya untuk kepentingan Islam.
            Sebagai khalifah Abu Bakar mengalami dua kali baiat. Pertama di Saqifa Bani Saidah yang dikenal dengan Bai'at Khassah dan kedua di Masjid Nabi (Masjid Nabawi) di Madinah yang dikenal dengan Bai’at A 'mmah.
            Sesuai acara pembaitan di Masjid Nabawi, Abu Bakar sebagai khalifah yang baru terpilih berdiri dan mengucapkan pidato. la memulai pidatonya dengan menyatakan sumpah kepada Allah SWT dan menyatakan ketidakberambisiannya untuk menduduki jabatan khalifah tersebut. Abu Bakar selanjutnya mengucapkan "Saya telah terpilih menjadi pemimpin kamu sekalian meskipun saya bukan orang yang terbaik di antara kalian. Karena itu, bantulah saya seandainya saya berada di jalan yang benar dan bimbinglah saya seandainya saya berbuat salah. Kebenaran adalah kepercayaan dan kebohongan adalah pengkhianatan. Orang yang lemah di antara kalian menjadi kuat dalam pandangan saya hingga saya menjamin hak-haknya seandainya Allah menghendaki dan orang yang kuat di antara kalian adalah lemah dalam pandangan saya hingga saya dapat merebut hak daripadanya. Taatilah saya selama saya taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan bila saya mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, janganlah ikuti saya".[6]
            Islam pada hakikatnya adalah agama dakwah, artinya agama yang harus dikembangkan dan didakwahkan. Terdapat dua pola pengembangan wilayah Islam, yaitu dengan dakwah dan perang. Setelah dapat mengembalikan stabilitas keamanan jazirah Arabiah, Abu Bakar beralih pada permasalahan luar negeri.
            Pada masa itu, di luar kekuasaan Islam terdapat dua kekuatan adidaya yang dinilai dapat menganggu keberadaan Islam, baik secara politisi maupun agama. Kedua kerajaan itu adalah Persia dan Romawi. Rasulullah sendiri memerintahkan tentara Islam untuk memerangi orang-orang Ghassan dan Romawi, karena sikap mereka sangat membahayakan bagi Islam. Mereka berusaha melenyapkan dan menghambat perkembangan Islam dengan cara membunuh sahabat Nabi. Dengan demikian cikal bakal perang yang dilakukan oleh ummat Islam setuju untuk berperang demi mempertahankan Islam.
            Pada tahap pertama, Abu Bakar terlebih dahulu menaklukkan persia. Pada bulan Muharram tahun 12 H (633 M), ekspedisi ke luar Jazirah Arabia di mulai. Musanna dan pasukannya dikirim ke Persia menghadapi perlawanan sengit dari tentara kerajaan Persia. Mengetahui hal itu, Abu Bakar segera memerintahkan Khalid bin Walid yang sedang berada di Yamamah untuk membawa pasukannya membantu Musanna. Gabungan kedua pasukan ini segera bergerak menuju wilayah persia. Kota Ubullah yang terletak di pantai teluk Persia, segera duserbu. Pasukan Persia berhasil diporak-porandakan. Perang ini dalam sejarah Islam disebut dengan Mauqi’ah Zat as-Salasil artinya peristiwa untaian Rantai.
            Pada tahap kedua, Abu Bakar berupaya menaklukkan Kerajaan Romawi dengan membentuk empat barisan pasukan. Masing-masing kelompok dipimpin seorang panglima dengan tugas menundukkan daerah yang telah ditentukan. Kempat kelompok tentara dan panglimanya itu adalah sebagai berikut :
1.      Abu Ubaidah bin Jarrah bertugas di daerah Homs, Suriah Utara, dan Antiokia
2.       Amru bin Ash mendapat perintah untuk menaklukkan wilayah Palestina yang saat itu berada di bawahkekuasaan Romawi Timur.·    
3.       Syurahbil bin Sufyan diberi wewenang menaundukkan Tabuk dan Yordania.
4.       Yazid bin Abu Sufyan mendapat perintah untuk menaklukkan Damaskus dan Suriah Selatan.
            Perjuangan tentara-tentara Muslim tersebut untuk menaklukkan Persia dan Romawi baru tuntas pada mas ke khalifaan Umar bin khathab.[7]

1.      Nabi Palsu Musailamah al Khazab
            Musailamah al Khazab adalah seorang tokoh cendekiawan yang terpandang dilingkungan suku Hanafih yang mendiami wilayah Yamamah. Untuk memperkuat gerakannya, Musailamah al Kazab mengawini Sajjah binti Alharits bin Suwaid bin Agfan, seorang wanita dari suku Tamim yang juga mengaku dirinya sebagai Nabi. Jumlah pasukan dan pengikut Musailamah al-Kazab sekitar 40.000 orang.
            Karena mendapat ancaman dari pasukan Musailamah al Kazab, Khalifah Abu bakar as Siddiq mengirim pasukan dibawah pimpinan Ikram bin Amru bin Hisyam untuk memerangi pasukan Musailamah al Kazab. Karena khawatir pasukan Ikram tidak cukup, khalifah Abu Bakar memerintahkan menggerakkan seluruh pasukan Khalid bin Walid untuk membantu mengepung Musailamah al-Kazab, dan menunjuk Khalid bin Walin untuk memimpin seluruh pasukan Muslim tersebut.
            Pertempuran dahsyatpun terjadi, pusakan Musailamah al-Kazab dapat dihancurkan. Namun, Musailamah al-Kazab dapat lolos kedalam taman yang dipagar tembok tinggi. Seorang tentara yang bernama Al Barrak melompati tembok dan membuka pintu taman dari dalam. Setelah pintu taman dapat dibuka, pasukan Muslim menyerbu sisa pasukan Musailamah al-Kazab dan akhirnya Musailamah al Kazab tewas di tangan Wahsyi. Melihat Musailamah al-Kazab terbunuh oleh pasukan Muslim, tokoh-tokoh suku Bani Hanifah segerea berbalik mengakui kekhalifahan Abu Bakar As-Siddiq.
2.      Nabi Palsu Thulaihah Al Assadi
            Thulaihah al Asadi adalah seorang tokoh bani As’ad. Ia terkenal sebagai seorang dukun sihir. Sa’at Nabi Muhammad belum wafat, dan sedang jatuh sakit, Thulaihah al Asadi memproklamirkan bahwa dirinya juga Nabi pada kaum As’ad. Salah satu ajaran Thulaihah al Asadi adalah menghapuskan kewajiban zakat.
            Setelah mendengar dan mengetahui bahwa Nabi Muhammad wafat, Thulaihah al Asadi semakin berani mengajarkan ajarannya. Di lingkungan masyarakat awam suku besar As’ad, Thai, Fezera, dan Ghatfan, ajaran Nabi palsu Thulaihah al Asadi mendapat sembutan baik. Thulaihah al Asadi dan para pengawalnya datang ke Madinah untuk menemui Khalifah Abu Bakar. Sedangkan pasukannya disiagakan di perbatasan Madinah.
            Tujuan Thulaihah al Asadi mendatangi khalifah Abu Bakar adalah meminta pengakuan dan pengesahan Khalifah Abu Bakar atas kenabian dan ajarannya. Tentu saja Khalifah Abu Bakar menolak dengan keras permintaan Thulaihah al Asadi tersebut. Nabi Muhammad adalah Rasul dan Syariat Islam yang diwariskannya tidak dapat ditwar-tawar lagi.
            Dengan kecewa Thulaihah al Asadi dan para pengawalnya pulang. Thulaihah al Asadi sudah memperkirakan jawaban Abu Bakar, untuk itulah ia menyiapkan pasukan di perbatasan Madinah.
            Khalifah Abu Bakar telah mengetahui rencana jahat Thulaihaha al Asadi. Malam itu juga khalifah Abu Bakar memerintahkan Khalid bin Walid menyiapkan pasukan Muslim untuk  mengadakan serangan mendadak. Walaupun saat itu pasukan Muslim yang tersisa di kota Madinah hanya sedikit karena hamper semua pasukan Muslim telah dikirim mengikuti pasukan  Usamah ke Syiria.
            Untuk meghapadi pasukan Nabi palsu Thulaihah al Asadi, Khalifah Abu Bakar tidak gentar. Ia sendiri membantu penyergapan dengan memimpin pasukan cadangan untuk mengawal pasukan Muslim yang dipimpin Khalid bin Walid. Walaupun pasukan muslim sangat terbatas, Khalifah Abu Bakar bertekad harus dapat menghancurkan pasukan Nabi palsu yang sedang berkemah di perbatasan Madinah. Khalifah Abu Bakar berkeyakinan bahwa Allah akan memenuhi janjinya untuk membantu membantu perjuangan kaum Muslim yang tabah dalam setiap keadaan yang terjepit, seperti dalam firman Allah dalam surat al Anfal ayat 9 :
إِذْتَـسْـتَـغِـيـشُـو نَ رَ بَّـكُـمْ فَـاٌ سْـتَـَجَـا بَ لَـكُـمْ أَنِّــى مُـمِـدُّ كُـم بِـأَلْـفٍ مِّـنَ اُلْـمَـلَــٰۤعِٕـكَـةِ مُـرْ دِ فِـيـنَ ۝٩
            9. (Ingatlah),ketika kamu memohon pertolongan kepada tuhanmu,lalu diperkenankan-Nya bagimu:”Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut
            Saa fajar mulai akan terlihat, pasukan Muslim mulai bergerak menyerbu perkemahan pasukan Thulailah al Asai. Pertempuran sengit terjadi. Walaupun jumlah pasukan Muslim sedikit, tetapi dapat memporak porandakan pasukan Thulaihah al Asadi dan sisa-sisa pasukannya melarikan diri dan mintak perlindungan dan batuan suku besar Ghafan, Mura, dan Fezare.
            Pasukan muslim yang dipimpin Khalid bin Walid terus mengejar Thulaihah al Asadi. Di suatu tempat yang bernama Bazakha, terjadilah pertempuran antara pasukan Muslim dan pasukan Thulaihah al Asadi yang telah mendapatkan batuan tentara dari suku Ghafan. Pada pertempuran tersebut pasukan muslim dapat menghancurkan pasukan Thulaihah. Namun Thulaihah bersama istrinya dapat menyelamatkan diri ke Syiria.
            Setelah kemenangan pasukan Muslim ini, banyak penduduk suku besar Ghafan, Mura, dan Fezera berbondong-bondong menyatakan kembali masuk Islam.


3.      Nabi Palsu Kais bin Abdi Yaguts
            Kais bin Abdi Yaguts adalah bekas pemimpin pasukan Ahwan al-Insan, seorang yang pernah mengaku dirinya Nabi (Nabi Palsu). Ahwan al-Insan telah tewas pada masa Nabi Muhammad masih hidup. Setelah mendengar kabar bahwa Nabi Muhammad telas wafat. Murid sekaligus bekas pemimpin pasukan Nabi paksu Ahwan al-Insan, memproklamirkan diri sebagai Nabi seperti halnya gurunya yang terdahulu.
            Untuk menghancurkan gerakan Nabi palsu Kais bin Abdi Yaguts, Khalifah Abu Bakar menugaskan Ikram bin Amru. Untuk membawa pasukan memerangi pasukan Nabi palsu Kais bin Abdi Yagutd. Dengan dibantu pasukan kaum Muslimin yang dipimpin oleh Muhajir dan Umayah. Pasukan Nabi palsu Kais bin Abdi Yaguts dapat dengan mudah ditaklukkan. Nabi palsu Kais bin Abdi Yagurt menyerahkan diri pada pasukan Muslim. Kais bin Abdi Yugats berserta seorang temannya Amru bin Ma’dikarba diserahkan pada Khalifah Abu Bakar di Madinah.[8]
            Selama peperangan Riddah, banyak dari penghafal Al-Qur’an yang tewas. Karena orang-orang ini merupakan penghafal bagian-bagian Al-Qur’an, Umar cemas jika bertambah lagi angka kematian itu, yang berarti beberapa bagian lagi dari Al-Qur’an akan musnah. Karena itu, menasehati Abu Bakar untuk membuat suatu “kumpulan” Al-Qur’an kemudian ia memberikan persetujuan dan menugaskan Zaid ibn Tsabit karena beliau paling bagus Hafalannya. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa pengumpulan Al-Qur’an ini termasuk salah satu jasa besar dari khalifah Abu Bakar.[9]

              Bentuk peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan satu kerja besar yang dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghimpunan Al-Qur’an. Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Qur’an dari pelepah kurma, kulit binatang, dan dari hapalan kaum muslimin. Hal yang dilakukan sebagai usaha untuk menjaga kelestarian Al-Qur’an setelah Syahidnya beberapa orang penghapal Al-Qur’an pada perang Yamamah. Umarlah yang mengusulkan pertama kainya penghimpunan ini. Sejak saat itulah Al-Qur’an dikumpulkan pada satu Mushaf.
            Selain itu, peradaban Islam yang terjadi pada praktik pemerintahan Abu Bakar terbagi pada beberapa Tahapan, yaitu sebagai berikut :
1.      Dalam bidang penataan sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial masyarakat. Untuk kemaslahatan rakyat ini, ia mengelola zakat, infak, dan sedekah yang berasal dari kaum muslimin, serta harta ghanimah yang dihasilkan dari rampasan perang dan jizyah dari warga negara non-muslim, sebagai sumber pendapatan baitul Mal. Penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan negara ini dibagikan untuk kesejahteraan para tentara, gaji para pegawai negara, dan kepada rakyat yang berhaq menerimanya sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an.
2.       Praktik pemerintahan khalifah Abu Bakar yang terpenting adalah suksesi kepemimpinan atas inisiatifnya sendiri dengan menunjuk umar sebagai penggantinya. Ada beberapa faktor Abu Bakar menunjuk atau mencalonkan Umar menjadi Khalifah. Faktor utama adalah kekhawatiran akan terulang kembali peristiwa yang sangat menegangkan di Tsaqilah Bani Saidah yang nyaris menyulut umat Islam kejurang perpecahan, bila tidak merujuk seorang untuk menggantikannya.[10]
      Dari penunjukkan Umar tersebut, ada beberapa hal yang harus dicatat :
1.      Abu Bakar dalam menunjuk Umar tidak meninggalkan asa musyawarah. Ia lebih dahulu mengadakan konsultasi untuk mengetahui aspirasi rakyat melalui tokoh-tokoh kaum muslimin.
2.      Abu Bakar tidak menunjuk salah seorang putranya ataupun kerabatnya, melainkan memilih seorang yang mempunyai nama dan mendapat tempat dihati masyarakat serta disegani oleh rakyat karena sifat-sifat terpuji yang dimilikinya.
3.      Pengukuhan Umar menjadi khilafah sepeninggal Abu Bakar berjalan dengan baik dalam suatu baiat umum dan terbuka tanpa ada pertentangan di kalangan kaum muslimin.

            Pada akhir minggu pertama Jumadil Akhir tahun 13 Hijriah Abu Bakar jatuh sakit. Pada musim dingin hari itu, Abu Bakar mendi, lalu ia terserang demam yang sangat berat. Ia pun sadar bahwa penyakitnya itu akan membawa maut. Ia ditawari untuk dipanggilkan dokter, tapi ia menjawab, “Dia telah melihatku dan berkata, “Aku pembuat sekendakku”[11]


[1] Dedi Supriyadi, Sejarah peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008, Hal 68
[2] Dewan Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam. Jilid 1, PT ikhtiar Baru van Hoeve Jakarta, 1993. Hal 38
[3] M. Rida. Abu Bakar Ash-Shiddiq Khalifah yang pertama. Darul Fikr, Beirut. Hal 11- 12
[4]Abdul Rohim, Abu Bakar Ash Shiddiq, diakses dari  http://rohimzoom.blogspot.com/2014/01/makalah-abu-bakar-ash-shiddiq.html, 10 Oktober 2014 pukul 10.57
[5] Dr. Mohd Fachruddin Fuad, Perkembangan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hlm. 77
[6] Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, op. cit. hlm 37
[7] Abdul Rohim, Abu Bakar Ash Shiddiq, diakses dari http://rohimzoom.blogspot.com/2014/01/makalah-abu-bakar-ash-shiddiq.html, 10 Oktober 2014 pukul 10.57
[8] Islam dan sejarah, penyerangan terhadap Nabi Palsu, diakses dari http://islamdansejarah.blogspot.com/2012/06/penyerangan-terhadap-pasukan-nabi-palsu.html 10 Oktober 2014 pukul 15.26
[9] Badri Yatin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1997. Hal 34
[10] Suyuty Pulungan,Fiqih Siasati, Sejarah dan Pemikiran Islam, PT Rajawali Prees Jakarta,1994. Hal 109
[11] Badri Yatin, op.cit. hlm 30

No comments:

Post a Comment